Sunday, August 10, 2008

Mayor John Lie





Salah satu tokoh etnis Tionghoa yang berjasa kepada Republik ini adalah Mayor John Lie Tjeng Tjoan.Lahir di Menado 19 Maret 1911 dari ayah bernama Lie Kae Tae dan ibu bernama Maryam Oei Tjeng Nie(keduanya penganut Budha).John Lie meninggal karena stroke 27 Agustus 1988 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata,Jakarta.
Mendapat Tanda Jasa Pahlawan dari Presiden Soekarno tahun 1961
Dianugerahi Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Soeharto pada 10 November 1995

Ia adalah mualim kapal pelayaran niaga milik Belanda KPM yang lalu bergabung dengan Angkatan Laut RI.Semula ia bertugas di Cilacap dengan pangkat kapten.Di pelabuhan ini selama beberapa bulan ia berhasil membersihkan ranjau yang ditanam Jepang untuk menghadapi pasukan sekutu.Atas jasanya pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor.
Ia lalu ditugaskan mengamankan pelayaran kapal yang mengangkut komoditas ekspor Indonesia untuk diperdagangkan di luar negeri dalam rangka mengisi kas Negara yang saat itu masih tipis.Pada masa awal (tahun 1947),ia pernah mengawal kapal yang membawa karet 800 ton untuk diserahkan kepada Kepala Perwakilan RI di Singapura,Utoyo Ramelan.Sejak itu,ia secara rutin melakukan operasi menembus blockade Belanda.Karet atau hasil bumi lain dibawa ke Singapura untuk dibarter dengan senjata.Senjata yang mereka peroleh lalu diserahkan kepada pejabat Republik yang ada di Sumatera seperti Bupati Riau sebagai sarana perjuangan melawan Belanda.Perjuangan mereka tidak ringan karena selain menghindari patroli Belanda,juga harus menghadang gelombang samudera yang relative besar untuk ukuran kapal yang mereka gunakan.
Untuk keperluan operasi ini,mayor John Lie memiliki kapal kecil cepat,dinamakan the outlaw.
Seperti yang dituturkan dalam buku yang disunting Kustiniyati Mochtar(1992),paling sedikit sebanyak 15 kali ia melakukan operasi “penyelundupan”.Pernah saat membawa 18 drum minyak kelapa sawit,ia ditangkap perwira Inggris.Di pengadilan Singapura ia dibebaskan karena tidak terbukti melanggar hukum.Ia juga mengalami peristiwa menegangkan saat membawa senjata semiotomatis dari Johor ke Sumatera,dihadang pesawat terbang patroli Belanda.John Lie mengatakan,kapalnya sedang kandas.Da penembak,seorang berkulit putih dan seorang lagi berkulit gelap tampaknya berasal dari Maluku,mengarahkan senjata ke kapal mereka.Entah mengapa,komandan tidak mengeluarkan perintah menembak.Pesawat itu lalu meninggalkan the Outlaw tanpa insiden,mungkin persediaan bahan bakar menipis sehingga buru-buru pergi.Setelah menyerahkan senjata kepada Bupati Usman Effendi dan komandan batalyon Abusamah,mereka lalu mendapat surat resmi dari syahbandar bahwa the Outlaw adalah milik Republik Indonesia dan diberi nama resmi PPB 58 LB.Seminggu kemudian John Lie kembali ke Port Swettenham di Malaya untuk mendirikan naval base yang menyuplai bahan bakar,bensin,makanan,senjata,dan keperluan lain perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Menikah di Usia 45 tahun dengan Margaretha Dharma Angkauw thn 1956.Perkawinan ini tidak dikaruniai anak.


Mayor John Lie bersama keluarga di GBIP Imanuel

Pada awal 1950 ketika ada diBangkok,ia dipanggil pulang ke Surabaya oleh KSAL Subiyakto dan ditugaskan menjadi komandan kapal perang Rajawali.Pada masa berikut ia aktif dalam penumpasan RMS di Maluku,lalu PPRI/Permesta.John Lie juga di kenal dengan nama Jahya Daniel Dharma tetap berdinas di Angkatan Laut,terakhir berpangkat Laksamana Muda.

(-Pahlawan Nasional Etnis Tionghoa,oleh Asvi Warman Adam-Kompas 31-1-2003
- Sho Bun Seng,Pahlawan Pejuang,Mengabdi untuk Negara Tanpa Kenal Pamrih-
Majalah Sinergy 15-9-2001
-John Lie:Kisah Pejuang Tanpa Gelar-Majalah Suara Baru Maret-April 2009
-John Lie Menyelundup Demi Negara - Intisari Juli 2009)

Tong Djoe



Tong Djoe ,
Penyandang Bintang Jasa Pratama karena jasanya menerobos blokade Belanda untuk mensupplai kebutuhan para pejuang kemerdekaan Indonesia dengan tongkangnya.
(Kompas 30-8-98)